Rendahnya Kesadaran Remaja Putri Meminum Tablet Tambah Darah (TTD)

Bukittinggi, Humas– Berdasarkan angka yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada hari Hari Gizi Nasional ke-63 pada 25 Januari 2023 terdapat bahwa angka stunting dari tahun 2021- 2022 sudah mengalami penurunan. Namun permasalahan tidak selesai disana jika remaja putri yang berada di usia pertumbuhannya saat sekarang ini lengah dan tidak peduli dengan kesehatannya semenjak dini.

Remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang ibu tentunya harus disiapkan menjadi manusia yang sehat dan memiliki wawasan luas tentang arti pentingnya menjaga kesehatan. Berbagai program kesehatan generasi muda disiapkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, tidak hanya dalam bentuk sosialisasi dan seminar- seminar.

Pemerintah kota Bukittinggi melalui puskesmas setiap kecamatan sangat giat membagikan tablet tambah darah ke sekolah- sekolah. Namun tidak semua remaja putri memiliki kesadaran dalam mengkonsumsi TTD setiap minggunya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pola pikir remaja putri sehingga memiliki kesadaran yang rendah dalam mengkonsumsi TTD. Walaupun sudah hidup di era milenial dan diberikan sosialisasi secara terus menerus baik melalui kader maupun duta TTD yang ada di sekolah- sekolah tapi jika mindset awal sudah tertanam bahwa minum TTD dapat menyebabkan kemandulan maka remaja putri menolak meminum TTD.

Saat ini hal sederhana yang dapat dilakukan sekolah adalah mendorong remaja putri untuk memakan makanan yang bergizi yang mengandung zat besi seperti hati, ikan, daging, unggas, sayuran berwarna hijau tua dan kacang – kacangan.

Remaja putri setiap bulannya mengalami menstruasi sehingga akan kehilangan banyak darah setiap bulannya. Apabila kekurangan zat besi tentunya akan mengalami anemia. Apabila remaja putri mengalami anemia hal ini akan berpengaruh untuk kesehatan jangka panjang. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai usia lanjut.

Namun yang paling beresiko mendapatkan anemia adalah remaja putri.

Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) masa remaja merupakan salah satu periode terjadinya percepatan pertumbuhan dan perkembangan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan akan zat besi dalam tubuh Apabila seorang perempuan mengalami anemia akan berpengaruh nantinya terhadap kehamilannya yang juga berdampak kepada janin yang dikandung sehingga akan lahir bayi stunting.

Anemia juga menyebabkan komplikasi kehamilan, kematian ibu melahirkan serta pendarahan.

Menuju Indonesia hebat 2045 generasi penerus bangsa harus disiapkan semenjak dini dengan cara menyiapkan generasi yang sehat dan berwawasan luas, serta berfikir fleksibel terhadap perkembangan isu- isu kesehatan. Rendahnya kesadaran remaja dalam meminum TTD juga dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan yang tidak memiliki kesadaran pentingnya konsumsi zat besi salah satunya melalui tablet tambah darah.

Jika kita mengacu kepada penelitian terdahulu  di Indonesia, pemerintah telah menetapkan kebijakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri  dilakukan setiap 1 kali seminggu. Pemberian TTD ini diberikan secara blanket approach dimana seluruh rematri diharuskan meminum TTD untuk mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh tanpa dilakukan skrining awal terlebih dahulu.

Selain mindset yang belum berubah juga karena banyak yang takut minum TTD karena setelah minum ada yang mengalami mual yang berpengaruh kepada nafsu makan. Jadi saat ini untuk membangun kesadaran remaja putri meminum TTD harus melibatkan semua lingkungan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan negara.

Semua lingkungan berpengaruh positif dalam merubah mindset remaja putri. Selain melibatkan lingkungan juga menggiatkan sosialisasi baik langsung maupun media sosial, mungkin karena pengetahuan yang kurang sehingga kesadaran meminum TTD juga rendah. (Yuli/Syafrial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *