ARISAN MAJELIS TAKLIM ANTARA RIBA, SILATURRAHMI DAN DAKWAH

Sepulang dari Muktamar BKMT Nasional tahun 2011 di Jakarta. Berdirilah Arisan Silaturrahmi majelis Taklim Bukittinggi. Muktamar VII BKMT itu berlangsung di Jakarta pada tanggal 12-14Mei 2011 M / 08 – 10 Jumadil Akhir 1432 H. Diikuti oleh puluhan ribu pengurus dan jemaah BKMT se-Indonesia bahkan hadir delegasi dari 60 Negara.

Delegasi BKMT Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam yang dikoordinir oleh Kota Bukittinggi waktu itu hadir 24 orang. Sekembalinya dari Muktamar tersebut terbersit ide untuk memelihara silaturrahmi dengan mulai mengadakan Arisan Silaturrahmi sekali sebulan. Arisan itu dilakukan dari rumah ke rumah. Diikuti oleh 24 orang peserta. Sekali dua bulan dari rumah ke rumah jemaah Majelis Taklim tersebut,yang diikuti oleh semua anggota arisan.

Arisan yang dimulai tahun 2011 itu, sampai saat itu terus berjalan dan terpelihara kuantitas serta kualitasnya hingga sekarang. Berbagai suka dan duka dijalani dalam membangun Arisan Silaturrahmi ini. Diawali dengan sebuah kesepakatn,untuk merumuskan sebuah Arisan yang terbebas dari  praktek riba, diisi dengan acara tadarus Al-Qur’an, Wirid atau Ceramah Agama, Dialog dan Tanya Jawab Seputar Kajian Keislaman. Diakhiri dengan berdo’a bersama untuk keberkahan. Dan juga berfotobersama, sebagai dokumentasi dan kenangan.

Arisan itu tidak mengutamakan berapa uang arisannya, tapi lebih menekankan silaturrahminya.Sehingga semua peserta wajib hadir, tidak boleh berkirim uang arisan / sosial,kecuali dengan alasan yang syar’i.    Danyang pertama diepakati adalah muatan arisannya. Bukan jumlah iyuran arisannya.Disepakati pula dalam arisan ini harus ada kepedulian sosial didalamnya.Kepedulian sosial itu diwujudkan dengan iyuran sosial rutin secara sukarela dan iyuran sosial insidentil untuk kasus tertentu yang membutuhkan perhatian lebih.

Seringkali, jemaah yang terpilih menjadi tuan rumah menerima kedatangan peserta dengan jamuan makan siang. Padahal keseakatan awal di arisan itu, sebenarnya tidak ingin memberatkan peserta. Tidak harus ada makan bersama. Bahkan dua tahun pertama, arisan dilayani hanya dengan hidangan minuman ringan. Dan uang arisan yang terjangkau.

Mengingat kesempatan untuk menjadi tuan rumah hanya sekali dua tahun, timbul ide agar ditingkatkan dengan jamuan makan siang. Iyuran pun dinaikkan, sehingga anggota yang menerima bisa meraih manfaat yang lebih nyata. Seperti ditabung untuk umrah dan dijadikan untuk syukuran keluarga. Soliditas arisan Itu bertahan sampai sekarang.

  Bendahara Arisan Silaurrahmi BKMT ini dengan tenang dan nyaman bisa bekerja. Selama ini kesan arisan di tempat lain selalu diringi dengan praktek riba. Si pengumpul uang iyuran mendapat satu bahagian dari arisan. Belum lagi biaya administrasi yang memberatkan peserta.

Bahkan sering pula arisan itu menjadi ajang melariskan dagangan dan melancarkan berbagai promo. Ajang pamer pakaian baru dan berbagai pernak pernik serta gaya hidup yang mutakhir. Tak jarang juga arisan hanya sebatas wadah ngerumpi dan bercerita lepas tentang rahasia diri, orang atau rumah tangga orang lain. Pendek kata, arisan menambah dosa, bukan menambah amal ibadah.

Karena ingin arisan ini terbebas dari praktek riba. Maka semua anggota mengumpulkan uang iyuran yang terjangkau sejumlah Rp 50.000,-. Dikumpulkan saat pertemuan dan langsung diberikan kepada tuan rumah yang terpilih melalui sistem qur’ah pada pertemuan sebelumnya. Ditambah dengan bantuan untuk biaya konsumsi sesuai kesepakatan.

Tidak ada keuntungan bagi pengumpul, tidak ada upah tidak ada biaya administrasi dan lainnya. Sehingga murni syari’ah. Nampak ada unsur kekeluargaan dan semangat gotong-royongnya (ta’awun). Bahkan ketua arisan bisa pula meminta persetujuan anggota saat pertemuan, bila ada anggota yang lebih membutuhkan, ia akan didahulukan untuk menerima manfaat dari dana iyuran bulanan arisan.

Arisan ini ternyata efektif untuk memelihara hubungan ukhuwah islamiyah, memperkuat tali silaturrahmi antar keluarga besar BKMT Bukittinggi, khususnya 22 keluarga yang ikut arisan. Setiap peristiwa sosial baik suka maupun duka, anggota bersama hadir ke lokasi dengan menunjukkan kegembiraan atas nikmat Allah yang diperoleh. Begitupun kedatangan bersama memberi semangat bagi yang sedang didera kesedihan. Membujuk tangisan dan melerai duka bagi yang sedang ditimpa musibah atau bencana atau berduka cita. Sekali setahun melakukan kunjungan anjangsana ke Panti Asuhan atau Panti Jompo.

Disinlah terasa, betapa silaturrahmi begitu bernilai. Ketua BKMT Bukittinggi langsung memimpin arisan itu sebagai ketua. Bahkan menjadi satu-satunya anggota arisan yang laki-laki, hingga Januari 2020. Sementara anggota lainnya terdiri dari perempuan senior yang juga tokoh masyarakat dan penggiat BKMT di kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam.

Di Arisan ini berjalan proses dakwah. Bahkan secara berkala arisan dilakukan di tempat wisata di luar kota Bukittinggi. Hal itu dimaksudkan untuk melakukan tadabbur alam. Mengambil pelajaran dari keindahan ciptaan Allah berupa bentangan alan nan indah, mempesona dan penuh kekayaan. Udara yang sesuai dengan kondisi tubuh masyarakat serta tatanan kehidupan yang dibingkai dengan nilai-nilai agama dan adat. Budaya masyarakat dilandasi oleh syari’at Islam sebagai agama dan keluhuran adat Minangkabau sebagai kearifan lokal.

Harapan penulis,kiranya semua kelompok arisan yang ada, bisa menyelamatkan anggotanya daripraktek riba. Dengan melaksanakan transaksi keuangan sesuai kaedah syari’ah. Isilahkegiatan arisan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mendalami syari’at Islam,mengembangkan upaya dakwah yang akan mengangkat harkat dan martabat umat. Sertalandasi dengan keikhlasan membangun ukhuwah islamiyah. Semoga ArisanSilaturrahmi itu, menjadi Wadah Ukhuwah Menjaga Khidmat Dakwah. (H. Syamsul Bahri, SHi, MA/Syafrial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *