Selesaikan Tugasnya di Bumi Cendrawasih, Guru MAN 2 Bukittinggi Cerita Pengalaman

Bukittinggi, Humas–Walaupun ajang pesta olahraga nasional PON Papua ke XXI telah usai, bagi MAN 2 Bukittinggi ajang ini mempunyai kebanggaan tersendiri karena satu guru olahraga MAN 2 Bukittinggi, Langgeng Sukma Jaya berhasil menunaikan tugasnya sebagai tim masseur kontingen Sumbar dibumi Cendrawasih tersebut.

Sekembalinya dari tanah Papua tangal 15 Oktober lalu, guru ini harus melewati 10 hari masa karantina mandirinya sebelum masuk dinas kembali. Hampir satu bulan di pulau timur Indonesia guru ini banyak membawa cerita yang dapat menginspirasi kita semua. Bahwa dibalik kesuksesan Pekan Olahraga Nasional tersebut ada tenaga lain yang mungkin sebagian orang tidak tahu.

Terpilihnya Langgeng Sukma Jaya merupakan kebangga tersendiri bagi madrasah, bahwa tidak semua guru bisa terpilih sebagai official untuk ajang sebesar itu.

Plt. Kepala MAN 2 Bukittinggi Deswita menyampaikan apresiasinya atas prestasi guru Penjaskes tersebut ‘’ Alhamdulillah ada guru kita terpilih sebagai salah satu tim kontingen Sumbar dalam ajang Nasional yaitu PON XX Papua. Ini sangat membanggakan dan membawa motivasi sendiri untuk kita semua. Bahwa guru juga bisa terlibat dalam ajang sebesar itu, semoga siswa juga mau menggali ilmu massage tersebut dan kedepannya akan ada ekskul khusus massage. Bahwa ternyata dibalik pesta olahraga ada tenaga profesional yang ikut membantu menyukseskan acara tersebut.  Untuk PON Papua ke XX salah satunya guru Penjaskes MAN 2 Bukittinggi’’ ujar kepala madrasah yang humble ini kepada Humas, Senin (25/10).

Ditemui sekembalinya Lasuja (begitu panggilan akrabnya) menceritakan berbagai pengalamannya selama terlibat dalam perhelatan olahraga terbesar di Indonesia.

“Saya bersyukur terpilih kembali sebagai tim kesehatan  untuk membantu kontingen Sumbar berlaga pada PON XX Papua. Ini merupakan pengalaman kedua bagi saya terlibat sebagai tim kesehatan pada ajang setingkat PON,” ungkap guru olahraga ini.

Lanjutnya “ Tim kesehatan Sumbar ini merupakan kontingen tersibuk karena waktu di sana banyak atlet cedera. Salah satunya atlet Muaythai  Dion Saputra mengalami patah jari tangan saat bertanding juga bahu kiri patah dan Alhamdulillah saya berhasil mereposisi cedera bahunya. Selain itu cedera juga terjadi pada atlet gantole yang  jatuh karena kesalahan teknis retak tulang punggung. Tantangan selama di Papua kita harus standby  pada tiap arena tapi pernah terjadi kepanikan karena jadwal dempet seperti jadwal  Kempo dan Pencak Silat waktu itu. Sehingga kami harus bolak balik apalagi dua cabang olahraga  tersebut  punya resiko yang lebih tinggi, untuk mengatasi kita harus mencek ulang kondisi atlet sebelum bertanding,” paparnya.

Harapannya untuk kedepan semoga tim fisioterapis (massage) semakin banyak, karena untuk background guru baru dua orang dari Sumbar. “Kami  ini bukan tukang urut seperti yang dianggap orang mungkin seperti itu, karena ilmu massage ini  kami mendapatkan pembekalan waku kuliah dimulai dari pengenalan Anatomi tubuh manusia , p3k dan lainnya. Semoga siswa juga tertarik untuk ikut ekskul massage seperti pada ekskul KKR sudah pernah saya ajarkan ilmu massage,” Tutup Lasuja. (Yuli/Syafrial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *