Kankemenag Kota Bukittinggi Peringati Nuzul Qur’an Serentak

Bukittinggi, Inmas–Keluarga besar Kementerian Agama Kota Bukitinggi memperingati Nuzulul Qur’an 1440 H/ 2019 M serentak seluruh Indonesia Senin, 21/05 bertempat di Aula Kankemenag setempat. Acara peringatan Nuzulul Qur’an tersebut di kemas dengan agenda Khatam Al-Qur’an, Tausiyah dengan tema Kebersamaan dalam Keberagaman, Buka Bersama dan Penyerahan Santunan. Turut hadir Ketua Pengadilan Agama Kota Bukittinggi, Kepala Kemenag, Ketua Dharmawanita Persatuan, ASN di lingkungan Kankemenag Bukittinggi dan Dr. Ismail Novel dari IAIN Bukittinggi sebagai Penceramah.

Kakan Kemenag Kota Bukittinggi H. Abrar Munanda dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan Nuzulul Qur’an dilaksanakan serentak se-Indonesia dengan berbagai kegiatan. “Untuk Kota Bukittinggi peringatan Nuzulul Qur’an kali ini agak berbeda dari tahun yang lalu, dilaksanakan bersamaan dengan berbuka bersama. Dan berbuka bersama yang biasanya pake katering saat ini kita laksanakan sesuai dengan prinsip dari kita untuk kita. Hal tersebut dalam rangka untuk selalu menjaga kebersamaan_kolektivitas_ komitmen yang sudah melekat selama ini,” tuturnya.

Selanjutnya H. Abrar Munanda berharap agar Kegiatan ini dapat semakin mempererat tali persaudaraan diantara sesama khusus bagi keluarga besar kemenag Kota Bukittinggi, apalagi kegiatan Nuzulul Qur’an ini bersamaan dengan acara berbuka puasa bersama.

Dr. Ismail Novel dalam materi Tausiyahnya menyampaikan Kebersamaan dalam Keberagaman menurut Perspektif Al-Qur’an Dan Hadist. “Sudah menjadi sunnatullah atau keniscayaan bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Dalam sklala yang besar kita mengenal suku bangsa Asia, Amerika, Afrika dan Eropa. Dalam skala Negara bangsa, kita mengenal Indonesia, Mesir, Turkey, Ingris da Amerika Serikat. Dan yang lebih kecil lagi kita mengenal suku Minangkabau, Batak, Dayak, Bugis, Jawa dan lain-lain. Tiap suku bangsa tersebut juga memiliki kebudayaan dan agama atau kepercayaan yang berbeda-beda,” paparnya.

“Di Indonesia sendiri selain selain terdapat banyak agama (Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghuchu), juga terdapat beraneka ragam paham atau aliran dalam agama-agama tersebut. Dalam Islam misalnya kita mengenal ada mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali (Sunni), ada pula Ja’fariy dan Zaidi (Syi’i). Selain itu ada pula ormas-ormas Islam, seperti Tarbiyah Islamiyah, Muhammadiyah, Dewan Da’wah Islamiyah, NU, al-Washliyah, Persis, dan Nahdatul Wathan,” Jelasnya.

Selanjutnya jelas Dr. Ismail Novel Keragaman sebagaimana dikemukakan di atas sejatinya merupakan khasanah atau aset bagi kebaikan hidup di dunia ini. Namun demikian, keragaman juga bisa menjadi ancaman bagi kehidupan atau kemanusiaan bila kemudian umat manusia tidak arif dalam menyikapi kergaman tersebut. Dalam merawat keberagaman kita harus belajar hidup dalam perbedaan seperti yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujuraat:13)

Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Q.S. Hud: 118.

kita juga perlu saling mempercayai dan pengertian seperti yang di jelaskan dalam Al-Qur’an Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari- cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat:12).

Saling Menghargai.
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Q. S. Al-An’am: 108). (Syafrial)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *