Penyuluh Agama Islam Kankemenag kota Bukittinggi Keluar Dari Zona Nyaman

Bukittinggi, Inmas–Seiring berjalannya waktu penyuluh agama Islam Kankemenag kota Bukittinggi berusaha mencari hal-hal baru dalam menyampaikan penyuluhan di tengah-tengah masyarakat serta berusaha menerobos paradigma klasik yang selama ini selalu melengketkan pada penyuluh agama ini yaitu memberikan penyuluhan di lokasi yang normal dan biasa saja seperti menjadikan MDTA, Majlis taklim dan sebagainya sebagai lokus penyuluhan.

Kakan Kemenag kota Bukittinggi H. Abrar Munanda dalam berbagai kesempatan selalu memotivasi dan mendorong para penyuluh agama islam di lngkungan Kankemenag Kota Bukittinggi untuk selalu berinovasi , berkreasi dan keluar dari Zona nyaman agar keberadaan nya benar-benar di rasakan masyarakat luas. Penyuluh Agama Islam (PAI), baik Penyuluh Agama Islam PNS maupun Penyuluh Agama Islam Non PNS harus memperluas jangkauan dakwahnya, jangan hanya berkutat dengan dakwah yang aman aman saja. Seperti dakwah di ibu-ibu Majlis Taklim, di Masjid, di mushala atau ditempat-tempat yang minim tantangannya. Saat ini penyuluh harus berani keluar dari zona nyaman, seperti berdakwah di lembaga pemasyaraktan, komunitas anak jalanan, Sopir angkot, Tukang Ojek, petugas kebersihan atau wilayah-wilayah yang benar-benar membutuhkan penyuluhan agama.

Hal senada juga disampaikan Kasi bimas Islam Kankemenag kota bukittinggi H. Gazali, MA saat di temui Inmas Selasa, 30/07/2019. Ia menilai saat ini kebanyakan para penyuluh banyak main aman saja dalam menyampaikan penyuluhan. “Alhamdulillah untuk Penyuluh agama Islam Kota Bukittinggi hal ini sudah mulai di tinggalkan. Saat penyuluh hanya main aman di zona nyaman, maka eksistensi penyuluh akan dipandang enteng dalam masyarakat. Mari kita tunjukkan bahwa penyuluh agama Islam itu penting bagi negara dan tunjukkan bahwa penyuluh Agama Islam itu sangat berperan dan dibutuhkan di masyarakat. Kedepan mari kita perluas jangkauan penyuluhan agama Islam di Kota Bukittinggi,” tuturnya.

Ternyata dalam menjawab itu semua setiap waktu dan setiap saat penyuluh agama Islam yang ada di Kota Bukittinggi ini selalu ingin keluar dari zona nyaman dalam arti sedikit tantangannya sehingga telah ada yang penyuluh agama islam Kankemenag Kota Bukittinggi yang telah menjadikan lembaga pemasyarakatan, komunitas anak jalanan, Sopir angkot, tukang ojek, petugas kebersihan dan lain sebagainya sebagai lokus binaan penyuluhnya.

Khusus untuk Ustadz Rusman Edi (salah seorang penyuluh agama islam Kankemenag kota Bukittinggi) dari sekian banyak lokasi binaannya ia lebih cenderung ke kepada kelompok binaan yang ada tantangan atau kata anak muda sekarang yang punya “greget”.

Ustadz Rusman Edi yang juga sering di sapa dengan ” Pak Dosen” ini tengah konsen dalam lokasi binaan penyuluh barunya yaitu pada Kelompok Persatuan Tunanetra Indonesia ( PERTUNI) kota Bukittinggi yang beralamat di sawah paduan kota Bukittinggi. “lokasi binaan Penyuluhan baru ini mempunya potensi menjadi aset Kota Bukittinggi di bidang Tilawah cabang Cacat Netra di dunia MTQ apalagi kelompok ini jarang mendapatkan sentuhan dalam hal pembinaan dan penyuluhan,” tuturnya.

Rusman Edi menyampaikan suatu yang sangat menggembirakan dan menggelitik hati menyaksikan semangat dan antusias anggota PERTUNI ini dalam belajar dan menerima bimbingan penyuluhan. Kalaupun ada yang kurang sekarang ini hanya dari sisi sarana belajar seperti ketersediaan Alquran Braile yang belum mencukupi jumlah peserta yang berjumlah 16 orang. Sampai hari ini yang punya lengkap satu set Alquran Braile 30 juz baru 3 orang dan yang Lainnya baru mempunyai 3 juz.

informasi dari Buk Nang selaku pimpinan Kelompok, Karpet yang di duduki peserta merupakan sumbangan dari pengurus dan jama’ah surau lurah Sarojo kec. Mandiangin Koto Selayan. “Semoga kedepan ada yang bermurah hati melengkapi Alquran Braile peserta ini demi maksimalnya kegiatan pembinaan,” harapnya.
(Andreas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *